KARATNYA HATI, PUDARNYA KASIH

Pada suatu hari seorang ibu bersama anaknya yang  masih kecil mengendarai sepeda motor. Mereka bersama sepeda motornya tiba-tiba jatuh. Ia sempat melambaikan tangan sebagai tanda permintaan tolong kepada orang-orang yang melewatinya. Akan tetapi, tidak ada satu pun yang berhenti untuk membantunya. Saya bersama sahabat saya berusaha membantu mereka keluar dari sepeda motor yang menimpa mereka. Kami menanyakan kepada ibu tersebut apakah ia dan anaknya terluka. Kami bermaksud untuk membawa mereka ke rumah sakit, namun ibu itu mengatakan bahwa tidak ada yang luka, hanya kaget saja. 

Mengapa tidak ada yang peduli kepadanya ? Banyak alasan logis yang  ada dalam benak orang-orang yang tidak peduli kepadanya. Mereka mungkin terburu-buru karena alasan ada pertemuan, mengejar waktu untuk sebuah janji bisnis, ataupun takut karena kecelakaan tersebut hanyalah sebuah pancingan untuk pembegalan karena hari itu memang sudah mulai gelap. 

Apapupun alasannya, ketidakpedulian terhadap jeritan sesama itu menunjukkan bahwa jaman sekarang ini banyak hati mulai berkarat. Karatnya hati menyebabkan pudarnya kasih. Pudarnya kasih melahirkan arogansi (egois yang menganggap kepentingannya sendiri yang utama). Arogansi  menyebabkan hilangnya empati. Hilangnya empati membuat seseorang kesulitan memahami perasaan orang lain.  Ketidakpedulian terhadap perasaan orang lain  akan membuat seseorang cenderung meremehkan keadaan orang lain. 

Karatnya hati terjadi karena tidak kita fungsikan. Fungsi hati adalah untuk memancarkan kasih. Hati kita tidak berfungsi  karena kita hidup di dalam dunia yang asing dengan kasih. Dunia yang asing dengan kasih itu membuat kita ragu untuk mengasihi. Ketika kita ingin mengasihi, dunia akan membisikkan kepada kita “mengasihi itu tidak ada gunanya, orang juga tidak akan berterima kasih atasnya, dan bahkan akan memanfaatkan kita”. Jika kita mengikuti bisikan itu, hati kita semakin berkarat. Semakin hati ini berkarat, degradasi kasih semakin mencapai titik nadir sehingga rasa empati hilang tertelan arogansi. 

Bagaimana kita dapat membersihkan karat-karat di hati ? Membersihkan karat-karat di hati memerlukan proses panjang. Kita harus meredam dan menggosoknya berulang-ulang dengan perbuatan kasih yang tulus dan tak henti : "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kolose 3 : 23). Kita tidak pernah menyesal untuk mengasihi meskipun dikhianati dan tidak dihargai.  Ketika kita terus mengasihi, hati kita semakin bersih dan nurani kita semakin aktif.  Mampu mengasihi dalam setiap keadaan membuat sukacita kita menjadi sempurna : karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,” (Filipi 2 : 2). 

 

Salam

Romo Felix Supranto, SS.CC

 

 

 

Comments

  1. Makasih romo, renungannya

    ReplyDelete
  2. Trmksh Romo atas renungan dan dan pembelajaran yg sngt luar biasa🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  3. makasih romo renunganya GBU

    ReplyDelete
  4. Terima kasih Romo Felix untuk renungannya.

    ReplyDelete
  5. Renungan yg bgs smoga kita se.mua anak2 Allah yg mempunya hati spt Yesus penuh kasih tdk penuh karat🙏

    ReplyDelete
  6. Terima kasih Mo utk renungannya

    ReplyDelete
  7. Mks Romo Renungannya betul sekali Romo hati yg karat hrs di bersihkan ,di bersihkan dgn Firman Tuhan,dan Kasih smoga kita semua peduli kepada sesama kita yg membutuhkan Amin salam sehat selalu berkah dalem Gusti Romo🙏

    ReplyDelete
  8. Terima kasih Romo Felix.

    ReplyDelete
  9. Terima kasih Romo atas renungannya.

    ReplyDelete
  10. Tq Romo Felix untuk renungan malamnya... selamat malam.. selamat istirahat.. salam sehat selalu... Berkah Dalem🙏😇

    ReplyDelete
  11. Terimakasih banyak Romo

    ReplyDelete
  12. Terima kasih Romo 🙏

    ReplyDelete
  13. Amin🙏
    Terima kasih Romo atas nasehat baiknya, dan renungannya.

    ReplyDelete
  14. Terima kasih Romo atas renungannya 🙏

    ReplyDelete
  15. Semoga dengan membaca renungan ini kita tersadarkan, trims Rm Felix

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog