MERASA DIRI PALING BENAR : KESOMBONGAN DAN TIPU MULIHAT


Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita pasti sering bertemu dengan  orang yang merasa diri paling benar.  Orang yang merasa diri paling benar disebut sebagai pengidap Sindrom Thanos. Ia  merasa bahwa dirinya paling hebat dan apapun yang ia lakukan pasti benar. Akar dari perasaan ini adalah kesombongan.

Jika kesombongan telah bangkit, tipu muslihat akan memerangkap kita dengan meyakinkan kita bahwa kitalah yang paling benar sehingga kita tidak akan dapat mendengarkan orang lainKesombongan dan tipu muslihat itu senantiasa berjalan beriringan. Di mana ada kesombongan, di situ ada tipu muslihat dan sebaliknya di mana ada tipu muslihat, di situ ada kesombongan. Kita mungkin pernah mengalami  apa yang sudah  kita  pikirkan paling benar, ternyata salah.  Kita juga memiliki segudang fakta untuk membuktikan bahwa pemikiran kita adalah paling benar. Namun, pada akhirnya apa yang kita yakini paling benar itu ternyata keliru. 

Pada suatu hari ada seekor burung meminta ijin kepada sebuah pohon besar untuk dapat membuat sarang di atas dahannya agar dapat melindungi anak-anaknya dari hujan yang akan segera datang. Namun, pohon itu menolaknya. Burung itu  lalu meninggalkan pohon besar itu dengan perasaan marah : “Hai pohon besar. Rasakan kutukanku akibat kepelitanmu !”. Burung itu akhirnya menemukan pohon rindang dan membuat sarang  di sana. Ia dan anak-anaknya terlindung dari derasnya hujan. Ketika hujan telah mereda, burung itu mengunjungi pohon besar yang pernah menolaknya. Ia terkejut karena pohon besar itu sudah roboh, tinggal sedikit saja akar yang masih tersisa. Burung itu tersenyum puas karena meyakini bahwa kutukannya terhadap pohon besar itu sudah terjadi. Ia mengejek pohon besar itu : “Hai pohon besar. Engkau telah hancur lebur  karena telah menolak aku untuk membuat sarang di atasmu”.   Pohon besar itu menjawab : “Hai burung, aku tidak mengizinkanmu membuat sarang di dahanku karena aku sudah sangat tua serta dahan dan akarku sudah sangat rapuh.  Hujan dan angin sewaktu-waktu dapat merobohkan aku. Aku tidak memperbolehkanmu untuk membuat sarang di tubuhku karena aku takut akan membahayakan kehidupanmu dan anak-anakmu”. Mendengar perkataan dari pohon besar itu, burung tersebut menjadi sedih dan menyesal karena apa yang ia pikirkan benar ternyata salah.

            Orang yang merasa diri paling benar pasti akan membawa korban, seperti mempermalukan orang lain dan memecat orang dari pekerjaan.  Orang yang  merasa diri paling benar akan melukai dan membuat orang lain tidak merasa nyaman di mana orang itu  berada. Hati terluka dan perasaan tidak nyaman tersebut terjadi karena orang yang merasa diri paling benar itu cenderung mencari-cari kesalahan orang lain, tidak mau disalahkan, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, meremehkan orang lain, dan menganggap orang lain tidak bisa melakukan apa-apa. Banyak orang berhenti dari pekerjaan atau lembaga tertentu karena keadaan tersebut. Perasaan paling benar juga menimbulkan konflik besar karena tidak mungkin ada penyelesaian atas sebuah persoalan. Perceraian terjadi karena suami dan istri saling merasa paling benar.

            Perasaan paling benar terjadi karena kurangnya distansiasi (menjaga jarak sementara untuk merefleksikan diri) sehingga tidak dapat mengenal diri sendiri. Tidak mengenal diri berarti juga tidak menyadari  kekurangan diri. Tidak menyadari adanya kekurangan diri menyebabkannya tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Karena  tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang  buruk, ia cenderung melakukan kritikan dan selalu mengevaluasi kehidupan orang lain sesuai dengan ukurannya sendiri.

            Lalu bagaimana menghadapi orang-orang yang merasa dirinya paling benar ? Kita sebaiknya menghindari perdebatan dengan orang-orang yang merasa diri paling  benar itu, khususnya menyangkut hal-hal  yang tidak penting Perdebatan tentang hal-hal yang remeh dengan mereka itu tidak ada banyak manfaatnya  dan sangat melelahkan karena tidak akan ada  akhirnya. Daripada membuang waktu dan energi untuk memperdebatkan hal-hal yang tak berguna, kita lebih baik menggunakannya untuk mendiskusikan hal-hal yang dapat membangun kebaikan bersama. Akan tetapi, kalau ha-hal itu menyangkut hal-hal yang fundamental, kita harus menunjukkan faktanya sehingga orang-orang lain dapat menilainya sendiri mana yang baik, benar, dan bermanfaat. 

            Untuk menghindari  perdebatan tentang hal-hal yang kurang bernilai  dengan mereka yang merasa  diri paling benar, kita harus mencegah masuknya tipu muslihat kesombongan yang terus-menerus mengatakan kepada kita ‘engkau lebih benar  dan  lebih pandai dari pada mereka’. Kita tidak perlu membela diri dengan berusaha keras untuk membuktikan bahwa kitalah yang benar. Pandangan mereka tentang kita tidak menentukan nilai diri kita. Tuhan menilai diri kita sangat berharga karena Ia mengasihi kita sehingga Ia  memelihara kita.  

 

Salam



Romo Felix Supranto, SS.CC

 

Comments

Popular posts from this blog