DERAJAT YANG  BARU

Allah pada saatnya akan memanggil kita melakukan sesuatu yang besar atau kecil. Hal itu akan membawa kita menuju derajat yang baru. Contoh dari derajat baru itu adalah  pekerjaan baru, relasi  yang baru dalam keluarga, relasi yang baru dengan Allah. Setiap usaha mencapai derajat yang baru, tantangan pertama yang harus kita hadapi  adalah perasaan takut. Kita tidak boleh lari dari apa yang menakutkan kita. Kita harus menghadapinya dengan keberanian. Perasaan takut bagaikan sebuah batu besar yang menjadi penghalang bagi kita untuk menemukan kandungan emas di belakangnya. Ketika kita berani mendakinya, hidup kita akan berubah. Derajat kita semakin tinggi dan besar sebagaimana Allah telah rencanakan bagi kita. 
Pada suatu hari ada seorang raja mengumpulkan para pegawainya untuk upacara pemberian penghargaan bagi yang paling berjasa. Semua prajurit yang gagah dan para abdi yang sederhana berkumpul di alun-alun. Semua yang hadir berpikir bahwa salah satu prajurit tersebut yang akan mendapatkan penghargaan dari sang raja. Akan tetapi, apa yang dipikirkan orang banyak berbeda dengan keputusan raja. Sang raja ternyata memberikan penghargaan kepada seorang abdinya yang paling sederhana dan kurus kering. Abdi itu sejak remaja telah melayani sang raja dengan setia. Mendengar keputusan sang raja itu, abdi tersebut berkata  : “Wahai paduka raja, saya sungguh malu mendapatkan penghargaan ini. Ijinkanlah saya meninggalkan istana ini dan pulang ke rumah saya untuk menjalankan kewajibanku terhadap kedua anak saya. Saya akan mendampingi dan membantu anak-anak saya menuju keberhasilan. Selama ini anak-anak saya hidup bersama ibu saya yang telah lanjut usia. Setelah itu, saya akan menghadap paduka untuk mengambil penghargaan ini”. Setelah meninggalkan istana itu, hidupnya menjadi serba baru. Ia melakukan pekerjaan baru. Ia telah berhasil mengatasi ketakutan untuk meninggalkan kenyamanan istana. Ia kemudian menjual kain-kain dengan berkeliling dari desa ke desa agar dapat membiayai kedua anaknya untuk menyelesaikan pendidikannya. Keringatnya tidaklah sia-sia karena kedua anaknya berhasil menyelesaikanpendidikannya dan mendapatkan pekerjaan yang membanggakannya. Keberhasilan kedua anaknya ini juga memberikan kepadanya derajat yang baru. 
Dari kisah di atas kita bisa melihat bahwa keberanian sejati tidak harus berperang dengan mengorbankan nyawa.  Akan tetapi, keberanian yang sejati  adalah keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Di depan keberanian senantiasa telah disediakan derajat yang baru  bagi yang mau melakukannya. 
Tantangan  untuk mendapatkan derajat yang baru itu adalah bisikan, perkataan atau pikiran yang akan mengecilkan hati kita karena mereka mengharapkan kita tidak dapat menyelesaikan apa yang seharusnya kita lakukan. Setiap kita akan melakukan sesuatu yang baru, yang berkenan kepada Allah, kita pasti akan menghadapi bisikan, perkataan dan pikiran negatif : “Hal itu terlalu berat, hal itu tidak ada nilainya, atau hal itu tidak bisa dijalankan,” Bisikan, perkataan, dan pikiran itu akan membawa kita pada perangkap ketakutan.
Ketakutan itu tidak pernah dapat kita lenyapkan, tetapi dapat kita atasi dengan keberanian untuk terus melangkah maju bersama Allah demi mencapai derajat yang baru. Allah mengetahui jalannya walaupun kita harus menempuhnya dengan banyak air mata. Kita dapat mengalahkan perasaan takut karena kita adalah lebih dari pemenang bersama Allah yang mengasihi kita : “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita” (Roma 8 : 37). 
            Sebagai kesimpulan dalam permenungan ini : Setiap pemenang pasti penuh dengan bekas luka. Setiap derajat yang baru harus diperjuangan  walaupun harus menghadapi banyak rintangan.

Salam Perjuangan
Romo Felix Supranto, SS.CC



Comments

Popular posts from this blog