Tolak Stress dan Temukan Damai
Oleh Romo Felix Supranto, SS.CC
“Jangan pernah berhenti di tengah badai kehidupan karena kita akan mati di dalam ketakutan, tetapi teruslah melangkah karena sinar mentari menantikan kita di sana”
Kita semua hampir pasti pernah mengalami stress. Banyak faktor yang menyebabkan kita mengalami stress, antara lain, semakin banyak kebutuhan, pekerjaan yang berat, dan kekurangan finansial. Persoalan-persoalan itu membuat kita mengalami tekanan. Intinya, stress timbul dari ketidakmampuan dalam menghadapi beban hidup atau tekanan hidup.
Stress membuat kita tidak bisa melihat lagi hal-hal yang penting dalam kehidupan kita. Kita hanya terfokus pada beban dan tekanan hidup. Padahal, masih banyak cita-cita dan impian yang harus kita wujudkan. Kita tidak bisa melihat kekuatan besar dalam hidup kita untuk dapat mencapainya. Pendek kata, stres merupakan salah satu biang keladi yang mencuri sukacita dan kedamaian hati.
Banyak di antara kita menyerah dalam menghadapi stress. Kita mudah mengatakan bahwa kita tidak bisa menghindari stress dalam dunia sekarang. Dunia sekarang ini menuntut kita untuk bersaing agar tetap hidup. Akibatnya adalah kita senantiasa dihadapkan pada kekuatiran. Kalau memang stress adalah hal normal di dunia sekarang, hal itu tidak berarti kita harus tenggelam di dalamnya.
Kita memiliki dua pilihan. Kita bisa terus stress di dunia yang penuh tekanan atau kita dapat belajar menemukan kembali damai kita. Ketika kita memilih mengikuti dunia, kita akan lumpuh jiwa kita. Kita kehilangan semangat dalam melangkah. Sebaliknya, ketika kita memilih untuk menemukan kembali damai, kita tidak akan diperbudak dengan kekuatiran yang ditawarkan oleh dunia. Tuhan Yesus mengatakan : “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yohanes 14:27).
Ada seorang gadis yang sangat pandai. Karena kepandaiannya, ia dapat mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan yang besar dengan jabatan yang penting dan gaji yang baik. Setelah beberapa tahun bekerja di sana, ia sering ribut dengan bosnya. Keributan hampir setiap hari terjadi karena ia merasa lebih menguasai bidangnya sehingga tidak menerima setiap arahan dari bosnya itu. Karena sudah begitu jengkel dengannya, bossnya itu mengatakan kepadanya : “Kamu boleh memilih mengikuti apa yang saya mau atau keluar dari perusahaan ini”. Tanpa pikir panjang ia menjawab : “Saya besok akan resign”. Ia berani mengatakan itu karena ia yakin akan mendapatkan pekerjaan yang baru. Namun, lamaran demi lamaran yang ia ajukan tidak pernah ada tanggapan. Ia mulai stres karena sudah satu tahun menganggur. Kebutuhan hidupnya terus bertambah, apalagi adiknya memerlukan bantuan biaya kuliah, sedangkan ia tidak memilki penghasilan. Jalan satu-satunya untuk menopang kehidupanya adalah kartu kredit. Kartu kredit ini justru menambah stressnya karena setiap hari harus menghadapi debt collector. Setelah ia sudah tidak tahu jalan keluar, Ia mulai bersimpuh dihadapan Allah dalam doa. Doa memberikan kedamaian di dalam hati karena ia mulai berserah kepadaNya. Ia merasakan bahwa Allah mengijinkannya jatuh sampai ke titik nadir supaya ia bisa semakin dekat denganNya. Ketika ia sedang berdoa di Gereja, ia melihat seorang perempuan mengenakan gaun pengantin yang indah. Ia mulai melihat bimbingan Allah untuk memulai usaha yang baru, yaitu membuka penyewaan gaun pengantin.
Kesaksian tersebut menyadarkan kita bahwa untuk dapat bebas dari stress, kita harus membiarkan Allah mengubah apa yang tidak dapat kita ubah dan mengerjakan apa yang tidak dapat kita lakukan. Mempercayakan hidup kita kepada Allah membuat kita menemukan kembali damai dalam hidup kita. Pendek kata, ketika kita berserah kepada Allah, Dia akan menggantikan kefrustasian kita dengan ketenangan di dalam kehidupan kita.
Kedamaian dan ketenangan dalam hidup itu didapatkan dengan doa. Doa membuat kita mengalami sukacita hidup karena dekat dengan Allah. Dekat dengan Allah, membuat kita tidak akan pernah berhenti di tengah badai kehidupan ssehingga kita tidak mati dalam ketakutan, tetapi akan terus melangkah karena sinar mentari telah menantikan kita di sana. Bersama dengan Allah, kita yakin bahwa badai pasti berlalu walaupun harus melewati kerikil dan semak berduri. Kita membutuhkan kerikil supaya kita berhati-hati dan semak berduri supaya kita waspada. Kita membutuhkan masalah supaya kita menyadari ada kekuatan dari Allah yang siap menopang hidup kita. Karena Tuhan menyertai kita dalam menghadapi tekanan hidup, Ia pasti menunjukkan arah yang tepat sehingga kita senantiasa memiliki pengharapan.
Ya Allah
Kami percaya bahwa Engkau sanggup mengatasi segala rasa takut serta kecemasan kami akibat dari banyaknya tekanan dalam kehidupan kami. Kami mohon agar Engkau memberikan kami perasaan tenang dan damai sejahtera. Kami percayakan hidup kami dan segala persoalannya ke dalam tangan-Mu karena Engkaulah Sumber Kedamaian dan ketenangan kami.
Amen
ReplyDelete